Sinusitis

Definisi
Sinusitis merupakan peradangan pada sinus paranasalis yang dapat menyebabkan penimbunan lendir di rongga sinus dan dapat menjadi media pertumbuhan bakteri.1  Sinus paranasalis terdiri dari sinus frontale, sinus ethmoidale, sinus spenoidale dan sinus maxilla. Nama-nama sinus sesuai dengan tulang yang ditempati. Sinus maxillaris merupakan sinus yang paling besar dan yang paling umum mengalami infeksi karena lubang-lubangnya terletak superior terhadap dasar sinus sehingga penyaluran sekret secara alami tidak berlangsung.
Sinusitis dapat terjadi secara akut, subakut maupun kronis. Sinusitis akut berlangsung tidak lebih dari empat minggu dan dapat sembuh sempurna jika diterapi dengan baik, tanpa ada residu kerusakan jaringan mukosa. Sinusitis subakut terjadi lebih sering  tapi tidak terjadi kerusakan signifikan pada membran mukosa. Biasanya sinusitis subakut berlangsung selama 4-12 minggu. Sinusitis kronis berlangsung selama 3 bulan atau lebih dengan gejala yang terjadi selama lebih dari 20 hari.1,2
Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor,  baik faktor lokal di sinus itu sendiri maupun faktor sistemik yang berasal dari seluruh tubuh. Hal ini pula yang menentukan apakah serangan sinusitis tersebut bersifat akut ataupun kronis. Sinusitis akut lebih sering disebabkan adanya serangan virus, salah satu jenis virus yang sering menyerang adalah Haemophilus influenza. Sinusitis akibat serangan virus biasanya akan sembuh setelah 7-10 hari.3
Sinusitis kronis sering kali diakibatan adanya serangan bakteri di sinus, baik bakteri yang bersifat aerob ataupun anaerob. Sinusitis akibat bakteri seringkali bersifat presisten apabila tidak mendapat penanganan yang tepat. Beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan sinusitis diantaranya Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus dan coagulase-negative Staphylococci.5
Selain akibat adanya aktivitas bakteri di sinus, sinusitis kronis sering pula diakibatkan adanya masalah kesehatan yang bersifat sistemik, contohnya pada pasien yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh (AIDS, Cystic Fibrosis, Kartagener Syndroms). Pasien  dengan gangguan sistem kekebalan tubuh akan lebih mudah terserang oleh virus dan bakteri serta akan memerlukan waktu yang lama untuk sembuh.
Reaksi alergi juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya sinusitis, inflamasi yang terjadi di daerah sinus seringkali bukan merupakan akibat dari aktivitas bakteri ataupun virus, melainkan adanya reaksi hipersensitivitas terhadap antigen tertentu seperti aspirin. Inflamasi yang terjadi menimbulkan gangguan fungsi mukosa dan silia pada sinus, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan sinusitis.8
Salah satu faktor yang juga diduga menjadi penyebab terjadinya sinusitis kronis adalah terjadinya Gastroesophageal reflux (GERD). Reflux asam lambung yang sampai ke nasofaring dan daerah sekitarnya dapat menyebabkan adanya inflamasi pada bagian ostium dari sinus. Hal tersebut dapat meyebabkan terjadinya sumbatan dan memicu terjadinya sinusitis.
Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sinusitis kronis sama dengan sinusitis akut, kecuali sinusitis kronis akan terjadi lebih lama dan sering menyebabkan kelelahan yang lebih signifikan. Sinusitis kronis adalah sinusitis yang menyerang lebih dari delapan minggu atau akan kembali lagi setelah hilang. Tidak seperti sinusitis akut, demam bukanlah tanda umum dari sinusitis kronis.
Manifestasi klinis sinusitis secara umum dapat berupa demam > 37ºC, sakit kepala, badan lemas ataupun pegal-pegal, batuk, nyeri kepala dan beberapa area di wajah.
Sinusitis dapat juga melibatkan beberapa organ seperti :
-          Wajah: pembengkakan dan/atau eritema disekitar area yang dikeluhkan, kekakuan saat pemeriksaan fisik palpasi atau perkusi pada sinus paranasal terutama sinus yang terinfeksi.
-          Mata: edema periorbital.
-          Hidung: sekresi mukopurulen yang berbau dan terkadang bercampur darah, pembengkakan dan eritema mukosa nasal, tersumbatnya saluran pernafasan sehingga terkadang timbul suara sengau, anomali anatomi seperti : penyimpangan septum nasi, pembesaran turbinasi dan polip.
-          Mulut dan faring: post nasal drip, nyeri pada gigi geraham atas homolateral, adanya rasa tidak nyaman di tenggorokan.
-          Telinga: dapat terjadi otitis media pada anak-anak, gangguan pendengaran akibat tersumbatnya tuba eustachius.
-          Leher: limfadenopati
Diagnosis dan Differential Diagnosis
Sinusitis, didefinisikan sebagai peradangan pada salah satu atau lebih dari sinus paranasal, ditandai sebagai akut saat berlangsung kurang dari 4 minggu, subakut ketika berlangsung 4 sampai 8 minggu, dan kronis bila berlangsung lebih dari 8 minggu. Sinusitis rekuren terdiri dari 3 atau lebih episode sinusitis akut per tahun. Bentuk menular dari sinusitis kronis disebut chronic hiperplastic eosinofilic sinusitis.9
Gejala menonjol dari sinusitis akut termasuk hidung tersumbat, rhinorrhea purulen, nyeri pada wajah dan gigi, postnasal drainase, sakit kepala, dan batuk. sinusitis kronis memiliki gejala yang serupa tetapi lebih sedikit. Sakit jauh lebih sedikit pada sinusitis kronis. Tanda-tanda klinis sinusitis akut dan kronis termasuk nyeri sinus pada palpasi, eritema mukosa, sekresi hidung purulen, peningkatan sekresi faring, dan edema periorbital. Ada tumpang tindih dalam gejala ini dengan orang yang mengalami rhinitis perenial, dan sering harus dilakukan prosedur imaging untuk menegakkan diagnosis. Karena tumpang tindih ini, beberapa telah mengusulkan penggunaan istilah rhinosinusitis.

Pasien harus ke dokter jika mereka memiliki gejala sinusitis yang tidak jelas sampai dalam beberapa hari, yang parah, atau disertai dengan demam tinggi atau penyakit akut. Namun, hanya satu setengah sampai dua pertiga pasien dengan gejala seperti benar-benar memiliki sinusitis.
Beberapa dokter percaya bahwa terlalu banyak pasien yang didiagnosis dengan sinusitis dan diberikan antibiotik yang tidak perlu akan menyembuhkan sinusitis dengan mudah dalam beberapa hari dengan obat atau tanpa obat sama sekali.3
Tujuan pertama dalam mendiagnosis sinusitis adalah untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala, dan kemudian menentukan:
-          Tempat di mana infeksi telah terjadi
-          Apakah kondisi akut atau kronis
-          Organisme penyebab infeksi (jika memungkinkan)
Differential Diagnosis
Sinusitis perlu dibedakan dari beberapa penyakit lain, seperti:
-    Rinitis Alergi: Rhinitis alergi adalah suatu gejala yang mempengaruhi hidung. Gejala ini terjadi bila kita bernafas dekat dengan alergen, seperti debu, bulu, racun serangga, atau serbuk sari. Ketika seseorang dengan rinitis alergi bernafas dekat dengan alergen seperti serbuk sari atau debu, tubuh melepaskan zat kimia, termasuk histamin. Hal ini menyebabkan gejala alergi.4
-    Bronchitis: Bronchitis adalah penyakit pernapasan dimana selaput lendir di saluran bronkial paru-paru menjadi meradang. Membran membengkak dan tumbuh lebih tebal, mempersempit atau menutup saluran udara kecil di paru-paru, sehingga menyebabkan batuk yang bisa disertai dengan dahak dan sesak napas.5
-    Mucormyosis: Mucormycosis mengacu pada berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dalam urutan Mucorales. Spesies Rhizopus adalah organisme penyebab paling umum. Dalam urutan, genera lain dengan mucormycosis penyebab spesies termasuk Mucor, Cunninghamella, Apophysomyces, Absidia, Saksenaea, Rhizomucor, dan spesies lainnya.6
-    Rhinovirus: Rhinoviruses (RV) adalah anggota dari keluarga Picornaviridae, yang meliputi enterovirus patogen manusia dan hepatovirus (terutama, virus hepatitis A). Lebih dari 100 subtipe yang berbeda ada di 3 kelompok besar, dikategorikan menurut reseptor spesifisitas: antar molekul adhesi-1 (ICAM-1), low-density lipoprotein (LDL) reseptor, dan reseptor sel sialoprotein. Infeksi RV terutama terbatas pada saluran pernapasan bagian atas tetapi dapat menyebabkan otitis media dan sinusitis, mereka juga dapat memperburuk asma, fibrosis kistik, bronkitis kronis, dan serius penyakit saluran pernapasan bawah pada bayi, orang tua, dan orang dengan sistem kekebalan. Meskipun infeksi terjadi sepanjang tahun, insiden tertinggi pada musim gugur dan musim semi. Dari orang-orang yang terkena virus, 70-80% memiliki gejala penyakit. Kebanyakan kasus yang ringan.
-    Infeksi saluran pernafasan atas: Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA atau URI) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi akut yang melibatkan saluran nafas atas: hidung, sinus, faring atau laring. Hal ini biasanya meliputi: tonsilitis, faringitis, laringitis, sinusitis, otitis media, dan flu biasa.10
-    Wegener's granulomatosis: Granulomatosis Wegener adalah penyakit langka. Ini adalah jenis vaskulitis, atau peradangan pada pembuluh darah. Peradangan membatasi aliran darah ke organ penting, menyebabkan kerusakan. Hal ini dapat mempengaruhi setiap organ, tetapi terutama mempengaruhi sinus, hidung, trakea (tenggorokan), paru-paru, dan ginjal.11
Penatalaksanaan
Bila gejala sinusitis menetap lebih dari 7 hari, besar kemungkinan penyebabnya dalah bakteri. Antibiotika biasanya diberikan untuk pasien dengan gejala sedang dan berat sedangkan pada kasus ringan umumnya dapat sembuh tanpa antibiotik. Namun, pada keseluruhan pasien, mendapatkan antibiotik lebih cepat menyembuhkan daripada plasebo.7,8,9
Pada sinusitis akut antibiotik diberikan selama 10-14 hari, sedangkan jenisnya tergantung harga, keamanan dan pola resistensi kuman di daerah tersebut. Amoksisiklin, dosis tinggi atau kombinasi amoksisiklin-asam klavunat, klaritromisin dan azitromisin dapat dipakai sebagai lini pertama. Bila antibiotik tersebut gagal, dapat dipakai sefalosporin generasi ketiga (sefuroksim, sefpodoksim, atau sefprozil) yang memiliki spektrum luas. Obat golongan kuinolon seperti siprofloksasin, gatifloksasin, atau levofloksasin dipakai pada pasien dewasa sebagai cadangan jika obat terdahulu tidak memuaskan. Pada sinusitis kronik dianjurkan pemakaian antibiotik sampai 4-6 minggu. Tabel 1 dibawah menjelaskan dosis terapi antibiotik pada anak dan dewasa.
Pada umumnya antihistamin tidak direkomendasikan pada pasien sinusitis kecuali penyebabnya rhinitis alergi. Antihistamin ini dapat mengurangi frekuensi bersin dan rinorrhea. Dekongestan oral atau topikal dipakai untuk mengurangi pembengkakan mukosa rongga hidung sehingga dapat melebarkan rongga hidung. Pemakaian dekongestan topikal dianjurkan tidak melebihi 3-5 hari untuk menghindari rhinitis medikamentosa dan rebound hyperemia.
Kortikosteroid oral atau nasal dipakai untuk mengurangi inflamasi. Nc Nally melaporkan dari 200 kasus sinusitis kronik, dengan terapi medis yang agresif yang terdiri dari antibiotik oral selama 4 minggu, kortikosteroid nasal, lavase rongga hidung dan dekongestan topikal ternyata hanya 6% yang kurang memberikan respon sehingga diperlukan operasi FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery). Intervensi bedah pada sinusitis akut jarang dilakukan kecuali kasus sinusitis dengan komplikasi atau pada pasien yang gejalanya memberat dan tidak merespon terapi yang diberikan. Disimpulkan terapi medik cukup memadai dan efektif untuk pengobatan sinusitis.
Tabel 1. Antibiotik Oral untuk Sinusitis
Antibiotik
Pediatric dosage
Adult dosage
First line therapy
Amoxicillin
Second line therapy
Amoxicillin/potassium Clavulanate

Azithromycin  

Cefdinir
Cefpodoxime
Cefprozil        
Cefuroxime
Ciprofloxacin
Clarithromycin
Clindamycin

Doxycycline   
Gatifloxacin    
Levofloxacin
Sulfamethoxazole/ Trimethoprim

45mg/kg/day or 90mg/kg/day             

22.5mg/kg/day–45mg/kg/day divided (Dose based on amoxicillin component)
10 mg/kg/day on day 1,then 5 mg/kg/day on days 2–5
14 mg/kg/day  
10 mg/kg qd
15 mg/kg bid
15 mg/kg/day bid
500 mg bid
7.5 mg/kg bid  
8 mg/kg/day–20 mg/kg/day

100 mg–200 mg qd
400 mg qd
500 mg qd
6 mg/kg/day–12 mg/kg/day divided (based on trimethoprim)

500 mg bid

500 mg–875 mg bid


500 mg qd on day 1, then 250 mg qd on days 2–5
300 mg bid
200 mg bid
250 mg–500 mg bid
250 mg bid
500 mg bid
500 mg bid
150 mg–450 mg qid
divided qid
100 mg–200 mg qd
400 mg qd
500 mg qd
800/160 mg bid


Prognosis
Prognosis untuk sinusitis akut sangat baik. Banyak kasus yang berjalan dari 1 sampai 2 minggu, sering tanpa antibiotik. Seseorang yang mengalami sinusitis akut tanpa komplikasi bisa sembuh dengan baik dan bisa kembali beraktivitas. Rata-rata 70% sinusitis akut karena bakteri bisa sembuh kembali tanpa antibiotik. Yang jarang adalah sinusitis dengan komplikasi dan infeksi yang menyebar luas perlu penyembuhan yang lama. Sinusitis karena jamur jarang, tetapi menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian pada seseorang yang immunocompromised, contohnya: pasien kanker, HIV/AIDS dan diabetes yang tidak terkontrol.  Prognosis kronik sinusitis tergantung dari penyebabnya. Sering kali pengobatan dan tindakan pembedahan diperlukan untuk mengurangi inflamasi. Seseorang yang mengalami pembedahan sinus bisa kembali ke aktivitas biasa sekitar 5 sampai7 hari setelah pembedahan dan sembuh total rata-rata 4 sampai 6 minggu. Di banyak kasus inflamasi harus ditangani dengan pengobatan jangka panjang untuk mencegah kekambuhan.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangunkusumo, Endang dan Nusjirwan Rifki. Sinusitis. In: Soepardi EA,Iskandar N (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepalaleher.
2. Hilger, Peter A. Penyakit pada Hidung. In: Adams GL, Boies LR. Higler PA,editor. Buku ajar penyakit THT Edisi 6. Jakarta: EGC; 1997.p.200

Thanks to : amik, suardana, eka, pritha, intan, chandra, virna, bayu, sintha, herdita (SGD A.7_ ACROMION_FK UNUD) ^^


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Merit Casino No Deposit Bonus Code 2021 | $20 FREE!
Merit Casino No Deposit 카지노사이트 Bonus Code 2021 | Free $20 No Deposit Bonus Code 2021 | Free $20 No Deposit septcasino Bonus Code 2021 | Free $20 No 메리트 카지노

Posting Komentar