Heat Stroke


Heat stroke merupakan kasus emergensi yang harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitasnya. Pasien yang mempunyai riwayat paparan panas (heat exposure), dapat disertai peningkatan suhu tubuh dan disfungsi CNS yang cukup berat, misalnya delirium, coma, atau kejang. Kerusakan otak dapat terjadi pada kasus yang berat. Ada 2 tipe pada heat stroke :
  1.       Tipe klasik banyak terjadi pada usia lanjut, pada penyandang keterbelakangan mental atau pada usia muda. Terjadi beberapa kali sehari selama gelombang panas dan orang ini tidak mempunyai kesangguapan untuk bertahan pada lingkungan dingin dan mempertahankan asupan cairan yang cukup.
  2.      Tipe heat stroke yang terjadi saat latihan yang berlebihan pada suhu sangat panas dan lingkungan yang lembab. Terjadi cepat dan dehidrasi pada pasien dengan heat stroke klasik.
Gejala heat stroke diakibatkan oleh gangguan metabolik sel dan kematian sel. Keratin kinase, aspartan aminotransferase (AST) dan enzim serum dehydrogenase laktat meningkat dan dapat terus meningkat selama 7-10 hari. Rabdomiolisis yang diakibatkan mioglobinuria, dapat menimbulkan gagal ginjal akut. Waktu pembekuan darah kadang-kadang memanjang dan koagulasi intraselular diseminata (KID) jarang terjadi.
Meskipun terjadi peningkatan curah jantung, hipotensi dapat timbul karena vasodilatasi perifer berat dan penurunan volume. Tahanan sistemik vaskular rendah terjadi vasodilatasi sekunder. Pada temperature diatas 40oC, kontraksi jantung menurun dan terapi cairan harus dipantau secara hati-hati pada pasien hipotensi.

Terapi mendinginkan pasien harus dimulai di lapangan, jangan menunggu mencari penyebab hipertermia. Jika temperatur merupakan faktor untuk mendinginkan secara cepat terhadap pasien yang mengalami koma, prosedur diagnosa lain harus segera ditegakkan. Pungsi lumbal penting untuk menyingkirkan diagnosis meningitis atau ensefalitis. Sepsis, trauma kepala dan bencana serebrovaskular dapat juga dipertimbangkan.
Pendinginan yang cepat dan segera merupakan terapi utama heat stroke. Walaupun banyak perdebatan mengenai metode pendinginan yang terbaik, umumnya merupakan pengecualian bagi heat stroke yang berat dan durasi dari hipertermia yang berpengaruh terhadap terjadinya kesakitan bahkan kematian. Penanganan yang umum merupakan dasar terapi. Intubasi endotrakeal disarankan untuk pasien dengan ventilasi yang tak cukup atau yang tidak mempunyai reflex muntah. Pemberian oksigen, pemantauan EKG, CVP, tekanan darah, dan output urin dengan kateter Foley merupakan prosedur standar penanganan heat stroke.
Pendinginan dengan cara pencelupan dalam tabung berisi air es, seperti pencelupan untuk penderita hipotermia, merupakan teknik yang sulit bila pasien labil. Meningkatkan penguapan merupakan cara yang praktis dan efektif. Pasien tanpa pakaian disemprot dengan air dingin dengan cara menyalakan kipas angina diatas pasien.
Teknik ini menggunakan pendinginan temperatur 0.31oC/menit, menghasilkan hal yang sama atau merupakan efek yang sama atau lebih baik daripada pendinginan dengan cara pencelupan dalam bak mandi. Teknik ini dilakukan pada pasien yang aksesnya mudah, iv lines dan perlengkapan monitor.
Pendinginan aktif dapat dihentikan ketika tempertaur tubuh mencapai 39oC untuk mencegah dingin yang berlebihan. Hipertermia umumnya pulih dalam 4-8 ja, sedangkan mekanisme termoregulasi pasien menjadi tidak stabil untuk beberapa minggu sesudah terjadi heat stroke.
Terapi cairan harus dievaluasi secara  hati-hati, hipotensi dapat berubah dengan pendinginan. Output urin harus dipertahankan untuk mencegah terjadinya risiko gagal ginjal akut. Vasopressor hanya dapat digunakan pada kasus tertentu. Menggigil dengan peningkatan produksipanas dengan klorpromazin 25-50 mg iv. CPZ menurunkan ambang kejang dan dapat menyebabkan hipotensi.
Pengobatan kejang termasuk diazepam >10 mg iv lambat, fenitoin 15 mg/kg iv dalam larutan garam dengan kecepata tidak lebih dari 50 mg/mnt atau fenobarbital 120-240 mg iv lambat setiap 20-30 menit sampai total 400-600 mg. asidosis berat (pH <7,2) dapat dikoreksi dengan natrium bikarbonat (0,5-1 meq/kg, iv lebih dari 30-6- menit).
Pasien heat stroke dipantau secara intensif selama 48-72 jam pada pendinginan cepat dan perubahan status mental. Ikterus, rabdomiolisis dan gagal ginjal akut dapat terjadi pada kasus yang berat. Prognosis buruk terjadi bila koma lebih dari 10 jam, ditandai dengan masa protrombin yang memanjang atau AST lebih dari 1000 IU/I. 

0 komentar:

Posting Komentar