Heat stroke merupakan kasus emergensi yang
harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitasnya. Pasien yang mempunyai riwayat paparan panas (heat exposure),
dapat disertai peningkatan suhu tubuh dan disfungsi CNS yang cukup berat,
misalnya delirium, coma, atau kejang. Kerusakan otak dapat terjadi pada kasus
yang berat. Ada 2 tipe pada heat stroke :
- Tipe klasik banyak terjadi pada usia lanjut, pada penyandang keterbelakangan mental atau pada usia muda. Terjadi beberapa kali sehari selama gelombang panas dan orang ini tidak mempunyai kesangguapan untuk bertahan pada lingkungan dingin dan mempertahankan asupan cairan yang cukup.
- Tipe heat stroke yang terjadi saat latihan yang berlebihan pada suhu sangat panas dan lingkungan yang lembab. Terjadi cepat dan dehidrasi pada pasien dengan heat stroke klasik.
Gejala heat
stroke diakibatkan oleh gangguan metabolik sel dan kematian sel. Keratin
kinase, aspartan aminotransferase (AST) dan enzim serum dehydrogenase laktat
meningkat dan dapat terus meningkat selama 7-10 hari. Rabdomiolisis yang
diakibatkan mioglobinuria, dapat menimbulkan gagal ginjal akut. Waktu pembekuan
darah kadang-kadang memanjang dan koagulasi intraselular diseminata (KID)
jarang terjadi.
Meskipun terjadi peningkatan
curah jantung, hipotensi dapat timbul karena vasodilatasi perifer berat dan
penurunan volume. Tahanan sistemik vaskular rendah terjadi vasodilatasi
sekunder. Pada temperature diatas 40oC, kontraksi jantung menurun
dan terapi cairan harus dipantau secara hati-hati pada pasien hipotensi.
Terapi mendinginkan pasien harus
dimulai di lapangan, jangan menunggu mencari penyebab hipertermia. Jika temperatur
merupakan faktor untuk mendinginkan secara cepat terhadap pasien yang mengalami
koma, prosedur diagnosa lain harus segera ditegakkan. Pungsi lumbal penting
untuk menyingkirkan diagnosis meningitis atau ensefalitis. Sepsis, trauma
kepala dan bencana serebrovaskular dapat juga dipertimbangkan.
Pendinginan yang cepat dan segera
merupakan terapi utama heat stroke.
Walaupun banyak perdebatan mengenai metode pendinginan yang terbaik, umumnya
merupakan pengecualian bagi heat stroke yang
berat dan durasi dari hipertermia yang berpengaruh terhadap terjadinya
kesakitan bahkan kematian. Penanganan yang umum merupakan dasar terapi.
Intubasi endotrakeal disarankan untuk pasien dengan ventilasi yang tak cukup
atau yang tidak mempunyai reflex muntah. Pemberian oksigen, pemantauan EKG,
CVP, tekanan darah, dan output urin dengan kateter Foley merupakan prosedur
standar penanganan heat stroke.
Pendinginan dengan cara
pencelupan dalam tabung berisi air es, seperti pencelupan untuk penderita
hipotermia, merupakan teknik yang sulit bila pasien labil. Meningkatkan
penguapan merupakan cara yang praktis dan efektif. Pasien tanpa pakaian
disemprot dengan air dingin dengan cara menyalakan kipas angina diatas pasien.
Teknik ini menggunakan
pendinginan temperatur 0.31oC/menit, menghasilkan hal yang sama atau
merupakan efek yang sama atau lebih baik daripada pendinginan dengan cara
pencelupan dalam bak mandi. Teknik ini dilakukan pada pasien yang aksesnya
mudah, iv lines dan perlengkapan
monitor.
Pendinginan aktif dapat
dihentikan ketika tempertaur tubuh mencapai 39oC untuk mencegah
dingin yang berlebihan. Hipertermia umumnya pulih dalam 4-8 ja, sedangkan
mekanisme termoregulasi pasien menjadi tidak stabil untuk beberapa minggu
sesudah terjadi heat stroke.
Terapi cairan harus dievaluasi
secara hati-hati, hipotensi dapat
berubah dengan pendinginan. Output urin harus dipertahankan untuk mencegah
terjadinya risiko gagal ginjal akut. Vasopressor hanya dapat digunakan pada
kasus tertentu. Menggigil dengan peningkatan produksipanas dengan klorpromazin
25-50 mg iv. CPZ menurunkan ambang kejang dan dapat menyebabkan hipotensi.
Pengobatan kejang termasuk
diazepam >10 mg iv lambat, fenitoin 15 mg/kg iv dalam larutan garam dengan
kecepata tidak lebih dari 50 mg/mnt atau fenobarbital 120-240 mg iv lambat
setiap 20-30 menit sampai total 400-600 mg. asidosis berat (pH <7,2) dapat dikoreksi
dengan natrium bikarbonat (0,5-1 meq/kg, iv lebih dari 30-6- menit).
Pasien heat stroke dipantau secara intensif selama 48-72 jam pada
pendinginan cepat dan perubahan status mental. Ikterus, rabdomiolisis dan gagal
ginjal akut dapat terjadi pada kasus yang berat. Prognosis buruk terjadi bila koma
lebih dari 10 jam, ditandai dengan masa protrombin yang memanjang atau AST
lebih dari 1000 IU/I.
0 komentar:
Posting Komentar