Dampak Sengatan Listrik


Sering kita temui kasus-kasus yang berhubungan dengan cedera akibat sengatan listrik atau yang lebih akrab disebut dengan "kesetrum listrik". Kasus sengatan listrik paling sering ditemukan di lingkungan rumah tangga seperti akibat arus pendek saat menghidupkan TV dan alat elektronik lainnya serta dapat juga dialami oleh anak-anak yang menyentuh konektor listrik yang ada di tembok. Beberapa kasus ada yang hanya berdampak ringan dan tidak sedikit pula yang memiliki dampak sangat buruk bagi organ  tubuh, bahkan dapat sampai menyebabkan kematian. Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengetahui lebih rinci mengenai sengatan listrik.

Sengatan listrik dapat menimbulkan kerusakan jaringan dengan spektrum luas, mulai dari luka bakar kulit superfisial sampai kerusakan organ-organ tubuh hingga kematian. Kerusakan yang timbul sangat penting untuk mendiagnosis adanya luka pada jaringan dan organ tubuh agar dapat ditentukan tindakan selanjutnya. Sebagian besar sengatan listrik terjadi pada anak-anak, remaja, dan pekerja yang terpapar bahaya listrik seperti petugas PLN, dll. 
Gambaran Klinis
Listrik dapat menyebabkan kerusakan jaringan sebagai efek langsung arus listrik searah pada sel dan oleh kerusakan termal dari panas yang diteruskan oleh jaringan. Energy terbesar terjadi pada titik kontak sehingga kerusakan jaringan pada daerah tersebut harus diobservasi lebih baik.
Luka ke luar sengatan listrik lebih besar daripada luka masuk. Bila sengatan listrik masuk ke dalam tubuh, kerusakan terbesar terjadi pada jaringan saraf, pembuluh darah, dan otot. Sengatan listrik dapat mengakibatkan nekrosis (kematian sel) berupa koagulasi, kematian saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Luka yang ditimbulkan lebih menyerupai jaringan nekrosis atau kerak daripada luka bakar termal.
Karena ukuran dari luka akibat sengatan listrik tidak berkolerasi baik dengan kerusakan yang ditimbulkan, pemeriksaan teliti untuk luka yang dalam sangat penting dilakukan. Luka traumatic sering terjadi bersamaan dengan sengatan listrik.
Diagnosis 
Diagnosis sengatan listrik berdasarkan riwayat penyakit. Bila riwayat penyakit tidak jelas, ciri-ciri luka pada kulit sangat membantu dalam penegakan diagnosis. Pemeriksaan yang menyeluruh serta memperhatikan luka akibat sengatan listrik sangat penting untuk mengesampingkan adanya suatu trauma.
Pemeriksaan untuk tulang patah dan dislokasi tetap dilakukan walaupun tanpa riwayat trauma. Tidak ditemukannya luka sengatan listrik pada pemeriksaan, jangan mengesampingkan sengatan listrik serius.
Pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap (CBC), elektrolit, kalsium, urea nitrogen darah (BUN), kreatinin, analisa gas darah, myoglobin (MB), kreatinin kinase (CK). CK-MB dapat meningkat tanpa adanya kerusakan otot jantung tapi ada luka otot secara ekstensif. Fungsi hati dan amylase diperiksa bila diduga ada luka abdomen.
EKG dapat dilakukan bila ada indikasi; pemeriksaan radiologis dilakukan pada sisi luka sengatan listrik. CT scan kepala merupakan indikasi pada luka kepala yang berat, koma atau bila ada perubahan mental. 

Komplikasi Sengatan Listrik
  • Kardiovaskular. Kematian mendadak (fibrilasi ventrikel, asistolik), nyeri dada, disritonia, segmen ST-T abnormal, blok cabang berkas, kerusakan miokardial, disfungsi ventrikel, MCI, hipotensi (volume deplesi), hipertensi (pelepasan katekolamin).
  • Neurologis. Status mental, agitasi, koma, kejang, edema serebral, ensefalopati hipoksia, nyeri kepala, afasia, lemah, paraplegia, kuadriplegia, disfungsi sumsum tulang, pheriperal neuropati, onsomnia, emosi labil.
  • Kulit. Luka akibat sengatan listrik, akibat sekunder luka bakar.
  • Vaskular. Thrombosis, nekrosis koagulasi, DIC, rupture pembuluh darah, aneurisma, sindrom kompartemen.
  • Pulmonal. Henti nafas (sentral atau perifer, misalnya tetanus), pneumonia aspirasi, edema pulmonal, kontusi pulmonal, kerusakan inhalasi.
  • Renal/metabolik. Gagal ginjal akut, mioglobinuria, asidosis metabolik, hypokalemia, hipokalsemia, hiperglikemia. 
  • Gastrointestinal. Perforasi, tukak stress (curling ulcer), pendarahan GIT.
  • Muskular. Mionekrosis, sindrom kompartemen.
  • Skeletal. Fraktur kompresi vertebra, fraktur tulang, dislokasi bahu (anterior dan posterior), fraktur skapula.
  • Optalmologi. Cornel burns, delayed catarc, thrombosis atau heragia intraocular, uveitis, fraktur orbita.
  • Pendengaran. Hilangnya pendengaran, tinnitus, perforasi membrane timpani, mastoiditis, meningitis.
  • Oral burns. Hemoragia arteri labialis, scarring dan deformitas fasialis, gangguan bicara, perubahan bentuk mandibular dan gangguan pembentukan gigi.
  • Obstetrik. Aborsi spontan, kematian janin.

Tindakan

  1. ABC (airway, breathing, circulation) harus diperbaiki, mobilisasi spinal harus diperhatikan karena potensial terjadi trauma spinal.
  2. Pemberian O2 tekanan tinggi dengan masker.
  3. Monitor jantung, pulse oksimetri, pemantauan tekanan darah non invasif.
  4. Fibrilisasi ventrikel, asistolik atau takikardi ventricular dapat diterapkan dengan protocol standar ACLS. Disritmia sering timbul tapi tidak membutuhkan tindakan langsung.
  5. Cairan kristaloid iv dengan bolus inisia 20-40 ml/kg setelah 1 jam pertama. Perbaikan cairan tergantung pada luasnya luka bakar pasien. Untuk mengukur output urine digunakan kateter Foley pada kasus berat.
  6. Jika terjadi rabdomiolisis, lebh banyak dibutuhkan cairan untuk mencegah gagal jantung.
  7. Profilaksis tetanus sebaiknya diberikan.
  8. Antibiotik profilaksis tidak penting sekali, kecuali bila ditemukan luka terbuka yang  besar.
  9. Kejang diobati dengan terapi standar.
  10. Fraktur dan luksasi setempat mungkin dikurangi.
  11. Luka bakar pada kulit dapat diobati dengan silver sulfadiazine sesudah dibersihkan. 
  12. Konsultasi dengan dokter bedah umum bila terjadi luka jaringan yang dalam dan luas. Pasien seperti ini membutuhkan eksplorasi luka bakar, debridemen, fasiotomi, dan perawatan cuup lama. Anak-anak dengan luka lokal dapat dievaluasi dengan spesialis ENT atau bedah plastik. Wanita hamil yang mengalami sengatan listrik membutuhkan konsultasi kandungan untuk penanganan dan monitor janin. Pasien dengan sengatan listrik yang berat dapat diisolasi di unit luka bakar atau pusat trauma.
  13. Anak-anak yang mengalami luka local yang terlokalisir atau pada tangan dapat dipulangkan. Orang tuanya harus diberikan instruksi untuk mengontrol pendarahan arteri labialis yang dapat timbul kemudian.
  14. Pasien yang mengalami sengatan listrik 110-220 V tanpa gejala/luka, EKG normal dan pemeriksaan fisik normal dapat dipulangkan. 


Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V



0 komentar:

Posting Komentar